Peringatan 40 Hari Oma Suci [alm. Maria Theresia Susmiati Sumaningsih]

Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" - Yohanes 11 : 25 - 26 [Cerita tentang Lazarus yang dibangkitkan dari mati].

     Pada hari ini, tepatnya pada tanggal 13 November 2014 - aku dan ibuku pergi menuju kota Malang. Bus kota adalah kendaraan umum yang kupilih sebagai transportasi menuju kota Malang. Mengapa aku pergi ke Malang? Aku pergi ke Malang karena pada tanggal 14 November, tepatnya besok, ada peringatan 40 hari meninggalnya oma Suci, nenek dari ibuku - di kediaman oma Suci, Malang. Aku berangkat pagi-pagi, sekitar pukul 08.30 WIB menuju terminal bus Purabaya. Aku mengambil jam keberangkatan pagi selain karena ingin datang lebih awal/tidak siang-siang - juga ingin bernostalgia kembali setelah lama tidak menaiki bus. [hehehe ... :))]


 Pemandangan Terminal Purabaya

     Dalam perjalanan menuju kota Malang, tepatnya di dalam bus, tidak banyak aktifitas yang dapat kulakukan selain hanya duduk dan bermain dengan ponselku. Sesekali pula kubuang kebosanan dengan menatap ke luar jendela, kuhitung 1 per 1 kendaraan yang telah kusalip dan tak jarang pula aku menyadari bahwa tatapanku ke luar jendela begitu kosong. Entah mengapa. Merasa aneh dengan diriku sendiri, kulepas keterikatanku terhadap ponselku, kulepas tatapan ke luar yang tidak berarti, dan aku mulai bermain dengan pikiran serta ingatan. 

     Aku merasa waktu berjalan begitu cepat, mungkin ini hanya perasaanku, karena faktanya waktu berjalan konstan tanpa penambahan atau pengurangan kecepatan. 1 detik tetap 1 detik. Tapi tak terasa, bahwa sudah kurang lebih 40 hari yang lalu oma telah berpulang ke Rumah Tuhan. Tapi jujur, rasa sesal ini susah untuk diobati [manusiawi], telah banyak waktu yang kubuang dengan sia-sia entah kepada apa atau siapa, sehingga jarang meluangkan waktu bersama oma Suci diusianya yang renta. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan ibuku, yang posisinya sebagai anak kandung dari oma dan yang juga ditinggalkan. Tapi yang aku bangga dengan ibuku, dia tetap kokoh berdiri tegak. Walau tekanan hadir dari sana sini. Ibuku tetap kuat - itu karena imannya yang besar kepada Tuhan akan janji-janji-Nya kepada umat-Nya.

     Aku juga mengingat salah satu ayat di dalam Kitab Suci, tepatnya Injil Yohanes bab 11 ayat 25 - 26: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?". Perikop itu menceritakan tentang iman Marta dan Maria yang mampu menyelamatkan Lazarus, saudaranya, dari kematian. Dari pengalaman itu pula, muncullah butir iman orang Kristiani, bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan dan hidup, barang siapa percaya pada-Nya akan hidup kekal di Surga bersama-Nya. Dan yang percaya kepada-Nya, akan tetap hidup walau ia sudah mati.

     Walaupun aku tidakk tinggal serumah atau sekota dengan omaku, tapi setidaknya dalam beberapa pengalaman, aku tahu betul bagaimana hidup omaku. Oma suci bagiku adalah orang yang benar-benar beriman dan memegang betul janji-janji-Nya. Walaupun aku adalah seorang seminaris [calon imam], tapi tak bisa dipungkiri bahwa omaku lebih beriman daripada aku. Tapi walau begitu aku tak malu mengakuinya, malahan iman omaku yang malah memberiku semangat untuk terus beriman kepada Tuhan Yesus. Selain itu, oma Suci juga sering melakukan devosi kepada Bunda Maria, yang kita kenal dengan doa rosario. Dan hebatnya, sesuatu yang oma Suci imani, yakni Tuhan Yesus, bukan hanya tersurat melalui tulisan atau kata-kata, namun jugaa tersirat melalui pikiran dan tindakan. Jadi tak bingung bila ketika orang-orang disekitarnya merasa kehilangan ketika ditinggalkannya.

     Raga atau tubuh kita dikatakan hidup ketika ada jiwa yang mendiaminya. Namun jika jiwa itu terlepas daripada raga itu - maka raga itu mati. Dalam salah satu pengalaman dalam Injil itu, aku sebagai orang yang merasa diri beriman pada Tuhan Yesus, mendapat suatu janji yang sungguh manis. Bahwa bilamana aku atapun setiap manusia yang percaya kepada-Nya, pasti akan hidup kekal bersama-Nya. Hidup kekal ini bukan soal bagaimana raga/fisik ini nanti, melainkan mengenai jiwa kita yang akan dilegakan dengan bertemu dengan-Nya untuk selama-lamanya. Dalam pemberian janji manis itu, Tuhan Yesus juga menekankan, "percayakah kamu akan hal itu?" "Bahwa Dia adalah kebangkitan dan sumber hidup ..." "... dan yan percaya kepada-Nya akan hidup selama-lamanya". Bila saat itu aku berada di sana, sama seperti jawaban Maria dan Marta, aku mungkin juga akan menjawab "ya, Tuhan! Aku percaya!". Dan satu hal lagi, aku yakin dan percaya bahwa omaku, oma Suci yang telah dipanggil Tuhan kurang lebih 40 hari yang lalu, sudah bahagia bersama Tuhan di Surga yang telah dijanjikan-Nya. Dan demi melakukan rukun iman, aku rela sesekali mendoakan oma Suci agar senantiasa diampuni dosanya dan dapat diterima di sisi-Nya. Dan aku sebagai orang yang masih berziarah dibumi ini, memohon doa darinya agar senantiasa menjadi sesorang yang benar-benar beriman serta dapat menjadi berkat bagi sesama. Amin ...

"Heh, ayo turun!! Sudah sampe Arjosari!" panggil ibuku kepadaku. Hanya butuh waktu 2 detik untukku agar sadar seutuhnya. Ternyata aku telah bermain dengan pikiran, hati, serta ingatanku terlalu dalam dan lama sehingga tidak sadar dengan lingkungan sekitar .... *Saya pamit ke Malang dulu ya ... :D
   
Peringatan 40 hari berpulangnya
Alm. Maria Theresia Susmiati Sumanigsih
Semoga beliau diterima di sisi-Nya dan diampuni segala dosanya


*Sumber foto : Jawa Pos, dan dokumen pribadi
*Latepost

0 comments