Napak Tilas Perang 10 November 1945 di Surabaya dalam Kaitannya dengan Bela Negara
MAKALAH
BELA NEGARA
“Napak Tilas Perang 10 November 1945
di Surabaya dalam Kaitannya dengan Bela Negara “
Oleh :
Antonius Resario Soni Putra
NPM. 151301073
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena tanpa rahmat-Nya makalah ini tidak akan selesai.
Penyusun juga menghaturkan terimakasih kepada Pihak Pengelola Muesum & Monumen
Tugu Pahlawan Surabaya, yang mana telah menerima kunjungan obesvasi kami dalam
kaitannya dengan tugas mata kuliah Bela Negara, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur. Serta kepada semua pihak yang membantu dalam
penulisan makalah ini.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan,
oleh karena itu kritik dan sarannya sangat dibutuhkan agar makalah ini menjadi
lebih baik sehingga memberi manfaat dan tambahan pengetahuan kepada para
pembaca khususnya bagi penyusun.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
1.3
Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
1.4
Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.5
Batasan Ilmiah ............................................................................... 2
1.6
Sistematika Penulisan .............................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………….
4
2.1 Sejarah Perang 10 November 1945 di Surabaya.............................. 4
2.2 Kaum Muda Masa Kini dalam
Kaitannya dengan Bela Negara 6
2.1 Peran
dan Sumbangsih yang Bisa Dilakukan
Kaum Muda
Masa
Kini dalam Mengemban Tugas Bela Negara.......................... 7
BAB III PENUTUP ………………………………………………….
9
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………....... 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
…………………………………………………. 11
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran bela negara merupakan
satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia
(WNI), sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam upaya bela negara.
Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan bangsa, dalam
rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia. Bela negara adalah upaya
setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman
baik dari luar maupun dalam negeri.
Salah satu perang yang terkenal
dari kota Surabaya dalam oktaf kemerdekaan Indonesia tahun 1945 adalah perang
10 November. Perang ini adalah perang yang bersemangatkan bela negara, yang
sekaligus menjadi contoh nyata akan konsep bela negara bagi generasi penerus
bangsa, bahwasanya kedaulatan bangsa Indonesia harus tetap dijaga. Perang ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia di dalam mempertahankan kemerdekaannya. Arek-arek
Suroboyo yang terdiri dari berbagai suku, lapisan, dan kedudukan secara
gagah berani dan dengan semangat
kepahlawanannya menentang setiap keinginan dari kaum
penjajah yang akan kembali merampas
kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia.
Bersamaan dengan tugas mata kuliah Bela
Negara dan dilakukanya observasi serta kunjungan ke Monumen Tugu Pahlawan
Surabaya, yang menjadi poin penting dan utama dalam penulisan laporan ini
adalah, bagaimana peran kaum muda, terlebih penulis yang adalah mahasiswa
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, yang juga adalah warga
negara Indonesia, dalam mengemban tugas bela negara.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut :
a.
Untuk
memenuhi nilai Ujian Tengah Semester mata
kuliah Bela Negara;
b.
Untuk
menilik kembali sejarah perang 10 November 1945 di Surabaya;
c.
Untuk
mengetahui bagaimana kondisi kaum muda masa kini dalam perspektif bela negara;
d.
Untuk
mengetahui bagaimana seharusnya peran kaum muda sebagai calon pilar pembangun
bangsa dalam perspektif bela negara.
1.3
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut :
a.
Sebagai
referensi tambahan yang dapat dijadikan pegangan bagi mahasiswa dalam kaitannya
dengan bela negara.
b.
Sebagai bahan perbandingan untuk dijadikan
permasalahan seminar ataupun diskusi guna meningkatkan pembelajaran.
c.
Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan
konsep bela negara terapan yang relevan.
1.4
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan
ini, di antaranya :
-
Bagaimana
sejarah terjadinya perang 10 November 1945 di Surabaya?
-
Bagaimana
situasi dan kondisi kaum muda jaman sekarang dalam kaitannya dengan bela
negara?
-
Bagaimana
seharusnya peran kaum muda dalam mengemban tugas bela negara?
1.5
Batasan Ilmiah
a.
Bela Negara
Bela negara adalah sebuah konsep yang
disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang
patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara
dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan
menghadapi serangan fisik atau agresi dari
pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut. [1]
b. Arek-Arek Suroboyo
Arek-arek Suroboyo dalam konteks perang 10 November adalah
orang-orang yang tergerak dan tergabung untuk ikut berpartisipasi dalam perang
10 November, baik langsung maupun tidak langsung. Mereka adalah orang-orang
dari berbagai kalangan yang memiliki semangat pemuda dalam menjaga kemerdekaan
Indonesia di Surabaya.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I
yang berjudul Pendahuluan yang menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, rumusan masalah, dan sistematika
Penulisan. Kemudian bab II yang berjudul pembahasan, disini merupakan inti dari
keseluruhan pembahasan. Keseluruhan pembahasan ditutup dengan bab III yang
berjudul Penutup, yang mencantumkan kesimpulan dan saran.
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perang 10 November 1945 di
Surabaya
Pertempuran Surabaya melawan
pasukan sekutu memang tidak dapat dilepaskan dari peristiwa yang mendahuluinya,
yaitu usaha perbutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai
sejak tanggal 2 September 1945. Kejadian tersebut telah membangkitkan pergolakan
sehingga menimbulkan situasi revolusi yang konfrontatif.
Pada tanggal 25
Oktober 1945, pasukan Sekutu dari Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A. W. S. Mallaby mendarat di Surabaya. Mereka mendapat tugas dari
Panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran
Sekutu. Namun pemerintah Indonesia di Jawa Timur merasa enggan menerima
kedatangan mereka. Setelah diadakan pertemuan antara wakil pemerintah Republik
Indonesia dengan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, disepakati beberapa hal. Oleh
karena itu, pihak Republik Indonesia memperkenankan tentara Inggris memasuki
kota dengan syarat hanya objek-objek yang sesuai dengan persetujuan. Namun
dalam perkembangan berikutnya, pihak Inggris mengingkari janjinya. Pada tanggal
26 Oktober 1945 malam hari satu pleton field
security section di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke
Penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (Kolonel A. L. Belanda)
bersama kawan-kawannya. Tindakan Inggris dilanjutkan dengan
menduduki beberapa tempat vital di kota Surabaya. Pada tanggal 27 Oktober 1945,
pukul 11.00 pesawat terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi
perintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata yang dirampasnya dari tangan
Jepang. Pemerintah Republik Indonesia berusaha menanyakan hal itu kepada
Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, tetapi ia mengakui mengetahui tentang pamflet
tersebut. Sikap itu menghilangkan kepercayaan pemerintah Republik Indonesia
kepadanya. Pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadi kontak senjata yang pertama
antara para pemuda dengan pihak Inggris yang berlanjut beberapa hari. Dalam
pertempuran itu pasukan Sekutu dapat dipukul mundur dan bahkan hampir dapat
dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Beberapa objek vital berhasil direbut
kembali oleh para pemuda. Bahkan pemimpin pasukan Sekutu Brigadir Jenderal
A.W.S. Mallaby berhasil ditawan oleh para pemuda. Melihat kenyataan seperti
itu, komandan pasukan sekutu hubungi Presiden Soekarno untuk mendamaikan
perselisihan antara pemuda dengan pasukan Inggris di sana. Pada tanggal 30
Oktober 1945, Presiden Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya
untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian dicapai, tetapi sekembalinya
Soekarno dan rombongan ke Jakarta, pertempuran kembali terjadi dan menewaskan
Jenderal A.W.S. Mallaby. Pasukan Inggris nyaris hancur, kemudian mereka meminta
bantuan dari Devisi V di bawah pimpinan Mayor Jendral Mansergh.
Pada tanggal 9 November 1945,
Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman akan menggempur kota
Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila orang-orang Surabaya tidak menaati
perintah Inggris. Mereka diharuskan datang pada tanggal 10 November 1945 dengan
tangan di atas kepala, dan kemudian menandatangani dokumen yang tersedia
sebagai tanda menyerah tanpa syarat.
Ultimatum itu
tidak ditaati oleh rakyat Surabaya. Pada tanggal 10 November 1945 terjadi
pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat. Rakyat Surabaya bertekad untuk
bertempur mati-matian. Tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran
yang sangat dahsyat, mereka mengerahkan sekitar 3 Divisi pasukan Infanteri
beserta tank dan senjata berat lainya, 50 pesawat tempur, dan sejumlah kapal
perang yang berada disekitar perairan Surabaya. Hampir seluruh bagian kota
Surabaya ditembaki dan dihujani bom, Perlawanan tidak berhenti, Kobaran api
semangat di seluruh kota menyala nyala bak letusan gunung berapi. Inggris
terkejut mereka mendapatkan badai api di Kota Surabaya, awalnya mereka menduga
perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari
saja, Nyatanya pengerahkan persenjataan modern dan taktik perang yang mumpuni
tidak membuat kota surabaya mudah untuk diduduki. Tidak terduga sama sekali
perlawanan bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, minggu ke minggu.
Perlawanan yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi,
semakin hari semakin solid dan teratur. Pertempuran dasyat ini memakan waktu
hampir satu bulan lamanya. Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota
Surabaya telah menggetarkan Bangsa Indonesia, semangat juang, pantang menyerah
dan bertarung sampai titik darah penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan
kehormatan bangsa telah mereka tunjukan dengan penuh kegigihan.
Kejadian itu
merupakan sebuah lambang keberanian dan kebulatan tekad dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Peristiwa 10 November itu diperingati setiap tahun
sebagai hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia.
2.2 Kaum Muda Masa
Kini dalam Kaitannya dengan Bela Negara
Pemuda-pemudi
di Indonesia dalam sejarah cukup memainkan perannya dalam mendesian setiap peristiwa besar, dalam
perubahan bangsa ini. Di situlah kaum muda sekarang dihadapkan pada berbagai
persoalan seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, pemanasan global, dan
terorisme. Tentu saja hal itu tidak bisa diselesaikan dengan mudah, dan hanya
bernostalgia serta mengingat masa lalu. Setiap perubahan pasti harus punya
kekuatan baru yang lahir senantiasa terdapat dalam jiwa pemuda masa kini,
cerminan dan contoh dari hati yang bersih.
Seiring
dengan berkembangnya zaman, rasa nasionalisme dan patriotisme itu mulai pudar.
Contoh sederhana saja dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari generasi
muda kita, diantaranya; pada saat upacara bendera, masih banyak yang tidak
memknai arti dari upacara itu sendiri karena mereka sibuk dengan
kepentingannya, sehingga mereka tidak mengikuti dengan khidmad upacara itu
sendiri. Para generasi muda kita lebih bangga memakai produk luar negeri dari
pada produk bangsa sendiri. Contoh lainnya upacara nasional hanya dimaknai
sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa diiringi nasionalisme dan
patriotisme.
Selain itu, modernisasi juga memberikan sumbangsih terhadap
kondisi ini. Disadari atau tidak, jiwa nasionalis, semangat persatuan dan
kesatuan, dan kesadaran untuk mengisi kemerdekaan ini telah hilang ditelan oleh
modernisasi yang melaju dengan pesat di bidang teknologi.
Teknologi modern sudah menyelimuti pikiran dan kehidupan para
kaum muda sekarang serta dengan ganas menggerogoti jiwa revolusioner mereka.
Padahal, jiwa nasionalis dan semangat Sumpah Pemuda hingga kapan pun dibutuhkan
sebagai alat pemersatu Bangsa Indonesia dan juga sebagai katalis gerakan
pembangunan dan perubahan Indonesia. Disadari atau tidak, perjuangan kaum muda masa kini memiliki
tantangan yang berbeda. Perjuangan tersebut bukan lagi perlawanan terhadap
invasi bangsa asing melainkan pengaruh yang dibawa oleh setiap kemajuan zaman,
salah satunya teknologi.
2.3
Peran dan Sumbangsih yang Bisa Dilakukan Kaum
Muda Masa Kini dalam Mengemban Tugas Bela Negara
Pemuda adalah
seseorang yang berjiwa besar dalam menghadapi segala hal. Sedangkan Bela Negara
adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Pembelaan negara
bukan semata-mata tugas TNI, tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan dan
profesinya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Pemuda dan
kesadaran bela Negara adalah sesuatu yang memiliki keselarasan dalam jiwa
masing-masing orang terutama dari dalam diri pemuda. Membangun Kesadaran Bela
Negara pada pemuda merupakan sesuatu yang penting dan tidak bisa dianggap suatu
hal yang sepele, karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang tidak
dapat didisparitaskan dari sejarah bangsa ini. Kendati pun demikian, kesadaran
bela negara ini jangan pula ditafsir hanya berhubungan dengan angkat senjata
melawan musuh dari negara luar belaka, melainkan harus lebih luas memandangnya,
sehingga dalam pengejawantahannya, pemuda lebih kreatif mengimplementasikan
arti bela negara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela negara
itu sendiri. Dalam hal ini Pemuda harus sadar bahwa masa depan bangsa dan
kepemimpinan negara berada di tangannya. Karena itu pemuda harus mengetahui
asas kepemimpinan.
Asas Kepemimpinan
adalah kesadaran dan kemauan. Sikap dan ciri pemimpin yang baik adalah :
1. Berilmu,
berakhlak, berintegritas, professional, dan pandai
2. Dapat
membuat keputusan dan bertangguing jawab atas keputusannya.
3. Dapat
mempengaruhi bukan dipengaruhi dan mampu menjadi contoh
4. Bersedia
mendengar masukan dan kritik
5. Bisa
memberi semangat dan motivasi
Serta pemuda perlu
memiliki pengetahun tentang kepemimpinan. Dari apa itu pemimpin, ciri-ciri, dan
tugasnya. Pemimpin adalah seseorang yang pandai dan menggunakan kepandaian
tersebut untuk menggerakkan diri, organisasi dan masyarakat. Diantara
kepandaian yang harus dikuasai adalah:
1.
Pandai mengurus diri dan organisasi, termasuk mengatur waktu,
keperluan diri sendiri, dan kerja
2.
Pandai mendengar dan menghormati apapun pendapat dan kritikan
3.
Pandai menganalisa dalam membuat keputusan
4.
Pandai berkomunikasi dengan bahasa yang santun
5.
Pandai menulis dan mendokumentasi dan mengerti Iptek
Ada
pun seorang pemuda dituntut untuk tidak apatis (masa bodoh) atas segala masalah
yang menimpa bangsa dan negara. Baik itu masalah bencana alam sampai bencana
sosial ekonomi dan politik yang dimana alam bernegara dirusak oleh kebanyakan
generasi tua yang haus akan kekuasaan. Pemuda sebagai generasi penerus dan
pemegang tali kekuasaan, harus melawan segala kerbobrokan yang ada. Baik di
area sosial atau pun politik.
Salah
satu solusi jangka panjang menjaga keutuhan, keamanan, dan kenyamanan hidup
berbangsa dan bernegara, Indonesia membutuhkan fundamental ekonomi, budaya, dan
pertahanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa fundamental ketahanan
nasional yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk
itu, solusinya adalah pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan bela
negara.
Pendidikan
bela negara ini menjadi penting, karena pertama kebutuhan legal. Secara hukum,
khususnya merujuk Pasal 30 UUD 1945, setiap warga negara memiliki kewajiban
bela negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan bela negara menjadi
sesuatu hal yang legal dan dipayungi konstitusi negara yang sangat kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi apabila
seluruh para pemuda sudah memiliki bekal dalam
diri mereka berupa pengetahuan terhadap kesadaran Bela Negara, maka dengan otomatis mereka tidak akan ada keraguan
lagi untuk membela negara ini terutama dari negara lain di zaman yang telah
maju ini. Tetapi terkadang ada juga individu-individu yang tidak mempedulikan negara
dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, orang-orang ini-lah yang dapat merusak bangsa
ini. Kita sebagai warga negara harus memiliki kesadaran dari dalam diri kita
demi kemajuan bangsa ini dan membela negara ini.
Hal penting yang
harus disadari pemuda adalah bahwa pemuda tidak dapat melepaskan diri dari
tanggung jawab atas problematika bangsa yang dihadapi saat ini. Pemuda harus
berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan perubahan,
hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan diri
dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya
penjajahan gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak
terbendung juga merupakan salah satu menjaga negara ini.
0 comments