Apakah
Hari Valentine ada hubungannya dengan St Valentine? Dari pelajaran
sejarah, kami mengetahui bahwa St Valentine wafat dimartir pada tanggal
14 Februari.
~ seorang murid kelas delapan
Dalam
martirologi kuno, disebutkan ada tiga St Valentine yang berbeda, yang
pestanya sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari. Sayangnya, kita
tidak punya cukup catatan sejarah mengenainya. St Valentine yang pertama
adalah seorang imam dan dokter di Roma. Ia, bersama dengan St Marius
dan keluarganya, menghibur para martir pada masa penganiayaan oleh
Kaisar Claudius II. Pada akhirnya, St Valentine juga ditangkap, dijatuhi
hukuman mati karena imannya, didera dengan pentung dan akhirnya
dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270. Ia dimakamkan di
Flaminian Way. Di kemudian hari, Paus Julius I (thn 333-356) mendirikan
sebuah basilika di lokasi tersebut yang melindungi makam St Valentine.
Penggalian-penggalian arkeologis yang dilakukan pada tahun 1500-an dan
1800-an menemukan bukti akan adanya makam St Valentine. Tetapi, pada
abad ke-13, relikwinya dipindahkan ke Gereja Santo Praxedes dekat
Basilika St Maria Mayor, di mana relikwi berada hingga sekarang. Juga,
sebuah gereja kecil dibangun dekat Gerbang Flaminian di Roma yang
dikenal sebagai Porta del Popolo, tetapi yang pada abad ke-12 disebut
sebagai “Gerbang St Valentine,” seperti dicatat oleh ahli sejarah
Inggris kuno William Somerset (juga dikenal sebagai William dari
Malmesbury, wafat thn 1143), yang menempatkan St Beda sebagai otoritas
Gereja Inggris awali.
St
Valentine yang kedua adalah Uskup Interamna (sekarang Terni, terletak
sekitar 60 mil dari Roma). Atas perintah Prefek Placidus, ia juga
ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa penganiayaan
Kaisar Claudius II.
St
Valentine yang ketiga mengalami kemartiran di Afrika bersama beberapa
orang rekannya. Tetapi, tidak banyak yang diketahui mengenai santo ini.
Pada intinya, ketiga orang kudus ini, yang semuanya bernama Valentine,
menunjukkan kasih yang gagah berani bagi Tuhan dan Gereja-Nya.
Kebiasaan
populer mengungkapkan kasih sayang pada Hari St Valentine nyaris
kebetulan bertepatan dengan pesta sang santo. Pada Abad Pertengahan,
terdapat kepercayaan umum di kalangan masyarakat Inggris dan Perancis
bahwa burung-burung mulai berpasangan pada tanggal 14 Februari,
“pertengahan bulan kedua dalam tahun.” Chaucer menulis dalam karyanya,
“Parliament of Foules” (dalam bahasa Inggris kuno): “Sebab ini adalah
hari Seynt Valentyne, di mana setiap burung datang ke sana untuk memilih
pasangannya.” Oleh karena alasan ini, hari tersebut diperuntukkan bagi
para “kekasih” dan mendorong orang untuk mengirimkan surat, hadiah, atau
tanda ungkapan kasih lainnya.
Suatu
contoh literatur lain mengenai peringatan Hari St Valentine didapati
dalam Dame Elizabeth Brews' Paston Letters (1477), di mana ia menulis
kepada John Paston, laki-laki yang hendak meminang puterinya, Margery:
“Dan, saudaraku, hari Senin adalah hari St Valentine dan setiap burung
memilih pasangan bagi dirinya, dan jika engkau mau datang pada hari
Kamis malam, dan bersedia tinggal hingga waktu itu, aku percaya kepada
Tuhan bahwa engkau akan berbicara kepada suamiku dan aku akan berdoa
agar kami dapat memutuskan masalah ini.” Sebaliknya, Margery menulis
kepada John: “Kepada Velentineku terkasih John Paston, Squyer, kiranya
surat ini sampai kepadamu. Kepada dia yang terhormat dan Valentineku
terkasih, aku menyerahkan diriku, dengan sepenuh hati berharap akan
kesejahteraanmu, yang aku mohonkan kepada Tuhan yang Mahakuasa agar
dilimpahkan kepadamu sepanjang Ia berkenan dan sepanjang hatimu
mengharapkannya.” Sementara berbicara mengenai perasaan cinta kasih Hari
Valentine, tidak disebutkan sama sekali mengenai Santo Valentine.
Walau
tampaknya saling bertukar ucapan selamat valentine lebih merupakan
kebiasaan sekular daripada kenangan akan St Valentine, dan meski
perayaan lebih jauh telah dikafirkan dengan dewa dewi asmara dan
semacamnya, namun ada suatu pesan Kristiani yang sepatutnya kita ingat.
Kasih Tuhan kita, yang dilukiskan amat indah dalam gambaran akan
Hati-Nya Yang Mahakudus, adalah kasih yang penuh pengurbanan, yang tidak
mementingkan diri, dan yang tanpa syarat. Setiap umat Kristiani
dipanggil untuk mewujudnyatakan kasih yang demikian dalam hidupnya,
bagi Tuhan dan bagi sesama. Jelaslah, St Valentine - tanpa peduli yang
mana - menunjukkan kasih yang demikian, menjadi saksi iman dalam
pengabdiannya sebagai seorang imam dan dalam mempersembahkan nyawanya
sendiri dalam kemartiran. Pada Hari Valentine ini, seturut teladan santo
agung ini, setiap orang hendaknya mempersembahkan kembali kasihnya
kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia dapat secara pantas
mengasihi mereka yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya dan juga
sesamanya. Setiap orang hendaknya mengulang kembali janji kasihnya
kepada mereka yang terkasih, berdoa demi kepentingan mereka, berikrar
setia kepada mereka, dan berterima kasih atas kasih yang mereka berikan.
Janganlah lupa akan sabda Yesus, “Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:12-13). St Valentine telah menunaikan perintah ini, dan kiranya kita melakukan hal yang sama.
* Fr. Saunders is
pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of
catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
*diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net atas ijin The Arlington Catholic Herald.
Sumber : http://indocell.net/yesaya/pustaka2/id538.htm
*diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net atas ijin The Arlington Catholic Herald.
Sumber : http://indocell.net/yesaya/pustaka2/id538.htm
0 comments